Snob Effect and Discount

Dalam dunia marketing, terdapat fenomena dimana short term effect dari kegiatan marketing suatu perusahaan sering berbeda dengan long term effect dari kegiatan marketing yang sama (seperti yang pernah dijelaskan pada post yang berjudul 22 Immutable Law of Marketing Part ½). Disebutkan juga bahwa diskon atau kupon yang biasanya diberikan oleh perusahaan, hanya memberikan keuntungan jangka panjang saja dan dapat memberikan kerugian dalam jangka panjangnya.

Kali ini akan dicoba membahas fenomena tersebut dari sudut pandang ekonomi mikro (microeconomics) untuk luxury product dan produk yang ekslusif. Mengapa dari sudut pandang microeconomics? Mungkin sebenarnya dapat dijelaskan dengan cara lain, namun dengan pendekatan mikro, dapat diperoleh jawaban secara lebih konkret.

Fenomena yang terjadi adalah sebagai berikut. Ketika suatu perusahaan berusaha menurunkan harga melalui diskon hingga price bergeser menjadi P2, perusahaan mengharapkan agar Q yang terjual adalah Q’ (sesuai dengan D1/Demand 1). Namun yang terjadi adalah konsumen yang membeli produk tersebut berkurang, yaitu hanya sebanyak Q2/Quantity 2 sehingga kurva demand shift menjadi D2. Dengan demikian terbentuklah demand baru (new demand) untuk brand / perusahaan tersebut, demikian seterusnya.



Penjelasannya adalah pada snob effect dimana konsumen akan berusaha / tertarik untuk membeli produk yang ekslusif dan mahal. Ketika perusahaan / brand menurunkan harganya, apalagi karena diskon, maka perusahaan tersebut menurunkan snob value produk / brand tersebut (dengan kata lain, terjadi penurunan customer value). Alasannya adalah karena barang mahal,antik dan ekslusif tersebut digunakan sebagai simbol oleh target segment-nya. Ketika kualitas/ image simbol tersebut menjadi buruk, maka konsumen akan pindah ke produsen / brand lain.

Silahkan didiskusikan ^^
Silahkan lihat artikel bisnis lainnya di Business Article List